JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan penyaluran kredit UMKM telah mencapai 112 persen atau senilai Rp193,64 triliun dari rencana bisnis kredit UMKM 2010 yang mencapai Rp172,9 triliun. "Targetnya 100 persen pencapaian kita 112 persen. Sekarang sudah Rp200 triliun," ungkap Direktur Direktorat Kredit BPR dan UMKM (DKBU) Bank Indonesia Santoso Wibowo ketika bincang bareng media di Gedung BI, Jakarta, Jumat (25/2/2011). Lebih lanjut dia menjelaskan kalau kredit macet (NPL) UMKM sekira 2,72 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPL kredit perbankan sebesar 2,65 persen namun masih dibatas yang ditetapkan di bawah lima persen. I trust that what you've read so far has been informative. The following section should go a long way toward clearing up any uncertainty that may remain.
"Kredit macet NPL kredit MKM sekira 2,72 persen, memang masih tinggi dibandingkan NPL kredit perbankan yang 2,65 persen tapi masih di bawah batas yang ditetapkan, tambahnya. Dia menambahkan, perbankan lebih banyak menyalurkan kredit UMKM ke sektor perdagangan, restoran dan hotel jasa dan industri. "Perbankan banyak menyalurkan kredit UMKM ke sektor perdagangan, restoran, hotel, jasa dan industri," imbuhnya. BI pun akan terus mengembangkan UMKM ini dengan beberapa cara, di antaranya menurunkan bobot risiko dalam perhitungan ATMR untuk kredit UMKM yang dijamin lembaga penjamin/asuransi kredit berstatus BUMN yang memenuhi syarat tertentu dari 50 persen menjadi 20 persen. "Kita akan terus mengembangkan UMKM ini salah satunya degnan penurunan bobot resiko dalam perhitungan ATMR untuk kredit UMKM yang dijamin lembaga penjamin/asuransi kredit berstatus BUMN yang memenuhi syarat tertentu dari 50 persen menjadi 20 persen," ujarnya. Di samping itu, dia mengatakan adanya penurunan ATMR untuk kredit sampai dengan Rp500 juta yang termasuk kredit mikro dan kecil dari 100 persen menjadi 75 persen. "Untuk mendukung UMKM juga ada penurunan ATMR untuk kredit sampai dengan Rp500 juta dari 100 persen menjadi 75 persen," pungkasnya.(ade)
"Kredit macet NPL kredit MKM sekira 2,72 persen, memang masih tinggi dibandingkan NPL kredit perbankan yang 2,65 persen tapi masih di bawah batas yang ditetapkan, tambahnya. Dia menambahkan, perbankan lebih banyak menyalurkan kredit UMKM ke sektor perdagangan, restoran dan hotel jasa dan industri. "Perbankan banyak menyalurkan kredit UMKM ke sektor perdagangan, restoran, hotel, jasa dan industri," imbuhnya. BI pun akan terus mengembangkan UMKM ini dengan beberapa cara, di antaranya menurunkan bobot risiko dalam perhitungan ATMR untuk kredit UMKM yang dijamin lembaga penjamin/asuransi kredit berstatus BUMN yang memenuhi syarat tertentu dari 50 persen menjadi 20 persen. "Kita akan terus mengembangkan UMKM ini salah satunya degnan penurunan bobot resiko dalam perhitungan ATMR untuk kredit UMKM yang dijamin lembaga penjamin/asuransi kredit berstatus BUMN yang memenuhi syarat tertentu dari 50 persen menjadi 20 persen," ujarnya. Di samping itu, dia mengatakan adanya penurunan ATMR untuk kredit sampai dengan Rp500 juta yang termasuk kredit mikro dan kecil dari 100 persen menjadi 75 persen. "Untuk mendukung UMKM juga ada penurunan ATMR untuk kredit sampai dengan Rp500 juta dari 100 persen menjadi 75 persen," pungkasnya.(ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar