INILAH.COM, Jakarta - Penguatan rupiah pada penutupan hari ini di pasar spot valas antar bank menjadi Rp8.760/8.765 per US$ bukan tanpa sebab musababnya. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter mengakui telah melakukan intervensi terhadap penguatan rupiah. "Hari ini kita intervensi untuk stabilkan rupiah dan juga kita buka lelang SUN untuk kita beli SUN," ucap Kabiro Humas BI Difi A Johansyah kepada INILAH.COM, melalui pesan singkatnya, Kamis (22/8) malam. Sementara pengamat ekonomi UGM Tony Prasentyantono berpendapat cara BI menjaga rupiah dengan intervensi adalah jika rupiah melemah seperti sekarang, BI harus melepas cadangan devisanya untuk dibelikan rupiah. "Sebaiknya jika rupiah menguat, misalnya menuju Rp8.500 maka BI perlu membeli US$ dengan rupiah yang dimilikinya," ucapnya. Anda tidak dapat mempertimbangkan semua yang anda hanya membaca untuk menjadi informasi penting tentang bejubel market place terbaik indonesia. Tapi jangan heran jika Anda menemukan diri Anda mengingat dan menggunakan informasi ini sangat dalam beberapa hari mendatang.
Namun, yang menjadi masalah, imbuh Tony, intervensi harus dilakukan secara hati-hati. "Agar tidak memboroskan cadangan devisa secara sia-sia. Harus menaati 'smart intervention," tegasnya. Di tengah tren pelemahan rupiah, Tony meyakini rupiah masih ada peluang untuk menguat. Alasannya, negara-negara besar seperti AS dan Eropa akan terus melakukan upaya agar kondisi terburuk bisa dicegah. "Bahkan, Brasil pun akan melakukan pembelian obligasi Pemerintah Yunani untuk membantu mencari penyelesaian krisis Eropa. Jika upaya saling bantu-membantu ini terus berantai dilakukan, ada secercah kondisi terburuk dapat dihambat," paparnya. Dampaknya, mulai ada aksi pembelian saham lagi di BEI oleh asing yang bisa menikkan IHSG dan rupiah. "Setidaknya pelemahan IHSG dan rupiah tidak berlanjut," tuturnya. [hid]
Namun, yang menjadi masalah, imbuh Tony, intervensi harus dilakukan secara hati-hati. "Agar tidak memboroskan cadangan devisa secara sia-sia. Harus menaati 'smart intervention," tegasnya. Di tengah tren pelemahan rupiah, Tony meyakini rupiah masih ada peluang untuk menguat. Alasannya, negara-negara besar seperti AS dan Eropa akan terus melakukan upaya agar kondisi terburuk bisa dicegah. "Bahkan, Brasil pun akan melakukan pembelian obligasi Pemerintah Yunani untuk membantu mencari penyelesaian krisis Eropa. Jika upaya saling bantu-membantu ini terus berantai dilakukan, ada secercah kondisi terburuk dapat dihambat," paparnya. Dampaknya, mulai ada aksi pembelian saham lagi di BEI oleh asing yang bisa menikkan IHSG dan rupiah. "Setidaknya pelemahan IHSG dan rupiah tidak berlanjut," tuturnya. [hid]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar