JAKARTA - Pengamat Ekonomi Senior Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menilai suplai gas Indonesia tidak sebanyak yang dibayangkan. Oleh karena itu, penyaluran domestik harus diutamakan. Purbaya menjelaskan, saat ini penambahan Liquid Natural Gas (LNG) yang dimintakan oleh Jepang harus dikaji ulang. Pasalnya untuk memenuhi pasokan domestik saja pemerintah sudah terengah-engah. "Mereka (Jepang) minta energi kan, kita sendiri saja susah, domestik dulu diutamakan. Suplai gas kita walaupun banyak, tidak se-valuable yang dibayangkan, dikatakan pejabat-pejabat," ungkap Purbaya di kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (31/3/2011). Jika fakta Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah Anda out-of-date, bagaimana yang mempengaruhi tindakan dan keputusan? Pastikan Anda tidak membiarkan slip Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah informasi penting oleh Anda.
LNG, prinsipnya hampir sama seperti minyak, memerlukan waktu yang lama untuk mencari dan mengembangkan. Ditambah sudah adanya perjanjian ekspor dengan Singapura, Malaysia, China, dan juga Jepang. "LNG sama dengan minyak, enggak bisa develop cepat. Nyarinya juga lama, sementara kita sudah komit jangka panjang dengan Singapura, Malaysia, China. Dengan Jepang sendiri jadi agak susah," ujarnya. Selain itu, sikap pemerintah yang kerap kurang perhitungan matang akan alokasi kontrak gas juga menjadi salah satu alasan. Sebagai contoh, pada 2000-2002, Indonesia telah menandatangani kontrak jangka panjang suplai gas dengan Malaysia. "Salahnya kita di 2000-2002, kita tidak menyadari gas itu bisa dipakai di dalam negeri. Jadi kita lalai ketika Malaysia cari kontrak jangka panjang, dalam negeri sendiri tidak memperhatikan itu," paparnya.(ade)
LNG, prinsipnya hampir sama seperti minyak, memerlukan waktu yang lama untuk mencari dan mengembangkan. Ditambah sudah adanya perjanjian ekspor dengan Singapura, Malaysia, China, dan juga Jepang. "LNG sama dengan minyak, enggak bisa develop cepat. Nyarinya juga lama, sementara kita sudah komit jangka panjang dengan Singapura, Malaysia, China. Dengan Jepang sendiri jadi agak susah," ujarnya. Selain itu, sikap pemerintah yang kerap kurang perhitungan matang akan alokasi kontrak gas juga menjadi salah satu alasan. Sebagai contoh, pada 2000-2002, Indonesia telah menandatangani kontrak jangka panjang suplai gas dengan Malaysia. "Salahnya kita di 2000-2002, kita tidak menyadari gas itu bisa dipakai di dalam negeri. Jadi kita lalai ketika Malaysia cari kontrak jangka panjang, dalam negeri sendiri tidak memperhatikan itu," paparnya.(ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar