. Jika Anda memiliki minat khusus dalam
, maka artikel ini informatif diperlukan membaca.
BANDUNG - Belasan mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bandung menyerukan "Tiga Amanat Rakyat" untuk masyarakat Papua. Sambil mengusung berbagai poster, bendera, dan spanduk, mereka berorasi dan berunjuk rasa di depan Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Gedung Sate, Bandung. Tiga Amanat Rakyat tersebut mereka tuliskan dalam spanduk tuntutan yang meliputi, desakan kepada pemerintah untuk memberikan perhatian serius terhadap kesejahteraan masyarakat Papua, menolak intervensi asing terhadap persoalan di Tanah Papua, dan mengajak seluruh elemen bangsa untuk ikut aktif dalam proses pembangunan di Tanah Papua. Selain itu, mahasiswa GMNI juga membagikan selebaran yang intinya menyerukan Jangan biarkan ibu pertiwi dimutilasi (Lagi). Salah satu isi poster, bertuliskan: NKRI Harga Mati, Hentikan Intervensi Asing di Tanah Papua. Sejujurnya, satu-satunya perbedaan antara Anda dan para ahli
adalah waktu. Jika Anda akan menginvestasikan waktu sedikit lebih dalam membaca, Anda akan yang lebih dekat ke status ahli ketika datang ke
.
Koordinator Lapangan GMNI Paul Vincent Mayor mengungkapkan, selama ini pemerintah tidak serius memerhatikan kesejahteraan masyarakat papua. "Mereka berada di pelosok Indonesia dan merasa jenuh karena terus dirugikan dan dieksploitasi. Kami mendesak pemerintah untuk serius perhatikan Papua supaya NKRI tetap utuh," kata Paul, di sela unjuk rasa, Kamis (4/8/2011). Paul menegaskan, yang dibutuhkan masyarakat Papua bukanlah unsur militer, tetapi kesejahteraan dan keadilan. "Mereka ingin mewujudkan cinta kasih di Papua, bukan ingin unsur militer," tukas mahasiswa Papua yang kuliah di jurusan ilmu pemerintahan Universitas Lalangbuana. Mengenai referendum, menurutnya, itu pilihan terakhir. Pasalnya, Papua merupakan sebuah suku bangsa yang sudah jenuh mentuntut keadilan dan penghapuskan militerisme, tetapi hingga kini belum juga terjadi. "Kami GMNI Cabang Bandung, bukan mengatasnamakan mahasiswa Papua, tapi kami peduli terhadap Papua. Jangan sampai Ibu Pertiwi ini menganaktirikan Papua, sehingga anak itu akan kabur dari pangkuan ibunya," pungkasnya.(rhs)
adalah waktu. Jika Anda akan menginvestasikan waktu sedikit lebih dalam membaca, Anda akan yang lebih dekat ke status ahli ketika datang ke
.
Koordinator Lapangan GMNI Paul Vincent Mayor mengungkapkan, selama ini pemerintah tidak serius memerhatikan kesejahteraan masyarakat papua. "Mereka berada di pelosok Indonesia dan merasa jenuh karena terus dirugikan dan dieksploitasi. Kami mendesak pemerintah untuk serius perhatikan Papua supaya NKRI tetap utuh," kata Paul, di sela unjuk rasa, Kamis (4/8/2011). Paul menegaskan, yang dibutuhkan masyarakat Papua bukanlah unsur militer, tetapi kesejahteraan dan keadilan. "Mereka ingin mewujudkan cinta kasih di Papua, bukan ingin unsur militer," tukas mahasiswa Papua yang kuliah di jurusan ilmu pemerintahan Universitas Lalangbuana. Mengenai referendum, menurutnya, itu pilihan terakhir. Pasalnya, Papua merupakan sebuah suku bangsa yang sudah jenuh mentuntut keadilan dan penghapuskan militerisme, tetapi hingga kini belum juga terjadi. "Kami GMNI Cabang Bandung, bukan mengatasnamakan mahasiswa Papua, tapi kami peduli terhadap Papua. Jangan sampai Ibu Pertiwi ini menganaktirikan Papua, sehingga anak itu akan kabur dari pangkuan ibunya," pungkasnya.(rhs)
. OK, mungkin bukan pakar. Tapi Anda harus memiliki sesuatu untuk membawa ke meja waktu berikutnya Anda bergabung dengan diskusi tentang
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar