Metrotvnews.com, Makassar: Kapolda Sulawesi Selatan Inspektur Jenderal Polisi Adang Rochjana membantah kecolongan mengamankan situasi sehingga massa pengunjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi Sedunia terlibat bentrok dengan polisi, bahkan melakukan perusakan di sejumlah tempat. Bentrok semata-mata untuk menghindari benturan dengan massa. Bantahan itu disampaikan Kapolda saat diwawancarai reporter Metro TV Fauzia Erwin. Menurut Kapolda, keributan di depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan antara mahasiswa dan polisi terjadi karena mahasiswa memaksa masuk agar gubernur mau menandatangani maklumat yang dibuat. Menurut Kapolda, karena gubernur tidak ada, usaha mahasiswa itu dihalangi. "Anggota mempertahankan agar mereka tak masuk," katanya. The information about news presented here will do one of two things: either it will reinforce what you know about news or it will teach you something new. Both are good outcomes.
Kapolda tidak membantah anggotanya menembakkan gas air mata. Tapi itu hanya untuk menghalau massa. "Kalau sampai terjadi benturan, itu berbahaya," kata Adang. Semprotan gas air mata itu untuk menghalau massa. Ia menjamin, polisi yang bertugas di lapangan tidak menggunakan senjata tajam karena ada instruksi Mabes Polri untuk bersikap humanis. Kapolda menjelaskan, sebelum aksi sebenarnya pihaknya sudah berdialog dengan mahasiswa agar tidak terjadi benturan. Ia bersyukur, masalah sudah terselesaikan. "Alhamdulillah sudah terselesaikan," kata Kapolda. Kapolda menegaskan, sampai saat ini belum ada satu pun pihak yang diamankan terkait perusakan gerai makanan cepat saji, mobil polisi dan pos polisi di Jalan Ratulangi Makassar. Kapolda belum bisa memastikan siapa pelaku perusakan. Ia tidak menuding mahasiswa yang melalukannya. "Saya belum bisa mengatakan itu mahasiswa. Karena ada mahasiswa yang menghalangi," kata Kapolda. Ia berjanji akan menelisik lebih jauh. Ia sudah mengantongi gambar perusakan itu. Kapolda mengakui, perusakan terjadi karena tidak semua gerak peserta aksi terkaver polisi. "Mereka terpecah ke mana-mana, memang ada yang tidak terkaver. Ini yang lolos. Tapi hampir 90 persen diawasi," kata Kapolda. Untuk mengantisipasi perusakan lebih lanjut, polisi tetap jaga-jaga di jalan sampai aksi selesai.(DOR)
Kapolda tidak membantah anggotanya menembakkan gas air mata. Tapi itu hanya untuk menghalau massa. "Kalau sampai terjadi benturan, itu berbahaya," kata Adang. Semprotan gas air mata itu untuk menghalau massa. Ia menjamin, polisi yang bertugas di lapangan tidak menggunakan senjata tajam karena ada instruksi Mabes Polri untuk bersikap humanis. Kapolda menjelaskan, sebelum aksi sebenarnya pihaknya sudah berdialog dengan mahasiswa agar tidak terjadi benturan. Ia bersyukur, masalah sudah terselesaikan. "Alhamdulillah sudah terselesaikan," kata Kapolda. Kapolda menegaskan, sampai saat ini belum ada satu pun pihak yang diamankan terkait perusakan gerai makanan cepat saji, mobil polisi dan pos polisi di Jalan Ratulangi Makassar. Kapolda belum bisa memastikan siapa pelaku perusakan. Ia tidak menuding mahasiswa yang melalukannya. "Saya belum bisa mengatakan itu mahasiswa. Karena ada mahasiswa yang menghalangi," kata Kapolda. Ia berjanji akan menelisik lebih jauh. Ia sudah mengantongi gambar perusakan itu. Kapolda mengakui, perusakan terjadi karena tidak semua gerak peserta aksi terkaver polisi. "Mereka terpecah ke mana-mana, memang ada yang tidak terkaver. Ini yang lolos. Tapi hampir 90 persen diawasi," kata Kapolda. Untuk mengantisipasi perusakan lebih lanjut, polisi tetap jaga-jaga di jalan sampai aksi selesai.(DOR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar