Lech Walesa Semangati Pembangunan Demokrasi Indonesia

In today's world, it seems that almost any topic is open for debate. While I was gathering facts for this article, I was quite surprised to find some of the issues I thought were settled are actually still being openly discussed.

Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Presiden Polandia dan peraih Nobel Perdamaian 1983 Lech Walesa mengatakan Indonesia dan negaranya memiliki banyak persamaan dalam transformasi dari otoritarianisme menuju demokrasi.

Berbicara dengan dibantu penerjemah, Walesa memberikan petuah penuh semangat di depan seminar "Menakar Proses Transisi: Dari Otoritarianisme Menuju Demokrasi", di Jakarta, Ahad (9/5). Selain Walesa, acara tersebut turut dihadiri Jakob Oetama (pendiri Harian Kompas), Syafii Maarif (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah), dan Franz Magnis Suseno (Guru Besar STF Driyakarya).

Setelah memutuskan untuk pensiun dari politik, pria kharismatik ini mendirikan Lech Walesa Institute Foundation dan memberikan banyak ceramah mengenai demokrasi di pelbagai negara.

"Saya adalah seorang revolusioner," ujar Walesa.

Pada kesempatan tersebut, Walesa juga mengimbau masyarakat Indonesia untuk meningkatkan rasa percaya diri dan partisipasi politik dari masyarakat Indonesia.

The more authentic information about news you know, the more likely people are to consider you a news expert. Read on for even more news facts that you can share.

"Jangan pernah merasa takut dengan kegagalan Anda," ujar aktivis serikat pekerja yang pernah menjadi tukang listrik ini.

"Saya saja yang pernah gagal bisa meraih Nobel Perdamaian."

Sementara itu, Syafii Maarif mengatakan Indonesia memiliki masalah tersendiri dalam meningkatkan persatuan. Hal ini mengingat ada banyak perbedaan yang mempersulit keharmonian.

Sedangkan Jakob Oetama lebih menekankan kepada penyalahgunaan kekuasaan yang berakar dari struktur masyarakat yang cenderung feodal. Adapun Franz Magnis Suseno lebih menekankan etos kebersamaan sebagai kunci menyelesaikan bentrokan.

Menanggapi pernyataan panelis lain, Walesa mengatakan bahwa pada dasarnya mereka yang berkuasa cenderung menggunakan konflik untuk memperkuat posisi mereka.

"Apabila kita berhenti bertengkar dan meningkatkan kesadaran intelektual, niscaya demokrasi yang benefisial akan tercapai," tandasnya.

"Negara-negara di Eropa dulu berkonflik, toh sekarang kita sudah berhenti dan bisa hidup dalam solidaritas."(MI/DSY)

If you've picked some pointers about news that you can put into action, then by all means, do so. You won't really be able to gain any benefits from your new knowledge if you don't use it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar